La Tenri Tappu To
Appaliweng (1775–1812) - La Tenri Tappu To Appaliweng adalah cucu La
Temmassonge’ To Appaweling MatinroE ri Malimongeng, dari anaknya yang bernama
We Hamidah Arung Takalar Petta MatowaE. La Tenri Tappu menggantikan neneknya
menjadi Arumpone pada tanggal 4-6-1775 M. Arumpone La Tenri Tappu inilah yang
berkedudukan di Rompegading, sehingga ketika ia meninggal dunia digelar Latenri
Tappu MatinroE ri Rompegading. Sebagai Arumpone, ia pernah berperang dengan
Addatuang Sidenreng yang bernama La Wawo. Persoalannya adalah karena La Wawo
akan melepaskan diri dari keterikatannya dengan Bone. La Wawo bertegas tidak
akan memberikan lagi – sebbukati (upeti) yaitu semacam persembahan yang menjadi
kewajiban Addatuang Sidenreng.
- Baca Juga: Kerajaan-Kerajaan Islam di Sulawesi
Setelah melalui pertimbangan yang matang, berangkatlah orang
Bone dibawah komando Arumpone untuk menyerang Sidenreng. Karena merasa
terancam, Addatuang Sidenreng La Wawo minta bantuan kepada Karaeng Tanete. La
Wawo minta kepada Karaeng Tanete agar Arumpone La Tenri Tappu bersama segenap
pasukannya dapat dibendung untuk tidak memasuki wilayah Sidenreng. Addatuang
Sidenreng La Wawo menyanggupi untuk menyediakan –ubba yaitu semacam bahan
peledak kepada Karaeng Tanete dalam membendung serangan Bone. Setelah
bermusuhan kurang lebih tiga tahun, ternyata orang Bone tidak mampu untuk
melewati Sungai Segeri karena dibendung oleh orang Tanete dengan bantuan Petta
TollaowE ri Segeri. Untuk mencegah terjadinya perang yang berkerpanjangan,
Pembesar Kompeni Belanda di Ujungpandang segera turun tangan. Pembesar Kompeni
Belanda yang bernama Yacobson Wilbey mengingatkan kepada Arumpone La Tenri
Tappu untuk mundur ke Bone. Begitu pula kepada Addatuang Sidenreng La Wawo agar
menarik pasukannya kembali ke Sidenreng. Dengan demikian, perang antara Bone
dengan Sidenreng berakhir. Ketika perang antara Bone dengan Sidenreng berakhir,
datanglah La Wawo kepada Karaeng Tanete membawa 40 orang Batu Lappa dan 20
orang Kasa sebagai pengganti harga ubba yang digunakan Karaeng Tanete selama
perang. Dalam masa pemerintahan La Tenri Tappu di Bone, Inggeris menduduki
Rotterdam menggantikan Belanda tahun 1814 M.
La Tenri Tappu To Appaliweng kawin dengan sepupu satu kalinya
yang bernama We Padauleng untuk dijadikan sebagai Arung Makkunrai (permaisuri)
di Bone. We Padauleng adalah anak dari La Baloso, saudara ibunya dengan
isterinya yang bernama We Tenriawaru Arung Lempang.
We Padauleng dengan La Tenri Tappu melahirkan anak pertama
bernama La Mappasessu To Appatunru, inilah yang kemudian menjadi Mangkau’ di
Bone, kedua bernama We Manneng Arung Data, ketiga bernama Batara Tungke Arung
Timurung, keempat bernama La Pawawoi Arung Sumaling, kelima bernama La
Mappaseling Arung Pannyili, keenam bernama La Tenri Sukki Arung Kajuara,
ketujuh bernama We Kalaru Arung Pallengoreng, kedelapan bernama Mamuncaragi,
kesembilan bernama La Tenri Bali Arung Ta’, kesepuluh bernama La Mappawewang Arung
Lompu Anre Guru Anakarung Bone, kesebelas bernama La Paremma’ Rukka Arung
Karella, kedua belas bernama La Temmu Page Arung Paroto Ponggawa Bone MatinroE
ri Alau Appasareng, ketiga belas bernama La Pattuppu Batu Arung Tonra.
La Mappasessu To Appatunru kawin dengan We Bau Arung Kaju,
anak dari We Rukiyah dengan suaminya yang bernama La Umpu Arung Teko. Dari
perkawinannya itu lahirlah; We Baego Arung Macege. Inilah yang kawin dengan
sepupu satu kali ibunya yang bernama Sumange’ Rukka To Patarai Arung Berru.
Selanjutnya dari perkawinan We Baego Arung Macege dengan Sumange’ Rukka To
Patarai, lahirlah; We Pada Arung Berru dan Singkeru’ Rukka Arung Palakka. Adapun
La Tenri Sukki Arung Kajuara To Malompo di Bone, kawin dengan sepupu satu
kalinya yang bernama We Tenri Lippu atau We Maddika Daeng Matana Arung Kaju.
Dari perkawinannya itu lahir seorang anak perempuan bernama We Tenriawaru
Pancai’tana Besse Kajuara. Daeng Matana adalah anak dari We Maddilu saudara
kandung We Padauleng Arung Makkunrai di Bone.
Sedangkan La Mappawewang Arung Lompu Anre Guru Anakarung
Bone, kawin dengan We Tabacina atau Bau Cina Karaeng Kanjenne anak dari We
Mudariyah MappalakaE Ranreng Talotenre dengan suaminya yang bernama La
Pasanrangi Petta CambangE Arung Malolo Sidenreng. Dari perkawinan Bau Cina
dengan Petta Anre Guru AnakarungE ; pertama bernama La Parenrengi Arung Ugi.
Inilah yang kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama We Tenriawaru atau
Pancai’tana Besse Kajuara anak dari We Tenri Lippu atau We Maddika Daeng Matana
dengan suaminya yang bernama La Tenri Sukki Arung Kajuara. Adik dari La
Parenrengi bernama Toancalo Petta CambangE Arung Amali To Marilaleng Bone yang
juga sebagai Ranreng Talotenre Wajo. Selanjutnya adik dari Toancalo bernama
Sitti Saira Arung Lompu. Adik berikutnya bernama We Rukka, We Ciciba. We Ciciba
inilah yang kawin dengan La Pangerang Arung Cimpu.
Kembali kepada saudara perempuan La Tenri Tappu yang bernama
We Yallu Arung Apala. Inilah yang melahirkan Datu Pattiro, Datu Soppeng
MatinroE ri Tengngana Soppeng dengan suaminya yang bernama La Mappapole Onre
Datu Soppeng MatinroE ri Amala’na. Anak berikutnya bernama La Mata Esso Sule
Datu di Soppeng MatinroE ri Lawelareng. Selanjutnya bernama We Tenri Kaware
Arung Saolebbi Arung Balosu. Selanjutnya We Dende, meninggal dunia ketika masih
kecil. La Unru Datu Pattiro kawin dengan We Selima Mabbaju NyilaE anak dari We
Mariyama Mabbaju LotongE dengan suaminya yang bernama La Pede Daeng Mabela
Pabbicara Sidenreng. Dari perkawinannya itu lahirlah pertama bernama Baso
Sidenreng Petta Ambo’na Salengke, kedua bernama We Bonga Petta Indo’na I
Lampoko.
Baso Sidenreng Petta Ambo’na Salengke kawin dengan We Waru,
kemudian We Kacici. Keduanya adalah anak dari La Patau Petta Janggo Arung
Leworeng. Dari perkawinan dengan We Waru lahirlah; pertama bernama We Nibu,
kedua bernama La Salengke. Selanjutnya We Kacici melahirkan anak pertama
bernama La Palloge, kedua bernama We Jenna, ketiga bernama We Takka. Sedangkan
We Tenri Kaware Arung Balosu kawin dengan Sumange’ Rukka Ambo’ Pajala Arung
Tanete anak We Soji Arung Tanete dengan suaminya yang bernama La Makkawaru
Arung Atakka Tomarilaleng Bone. Dari perkawinannya itu lahirlah dua anak
laki-laki pertama bernama La Patongai Datu Pattiro, kedua bernama La Passamula
BadungE. La Patongai Datu Pattiro kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama
We Panangareng Datu Lompulle, anak dari We Pancai’tana Arung Akkampeng dengan
suaminya yang bernama La Rumpang Megga Karaeng Tanete. We Panangareng dengan La
Patongai melahirkan anak bernama La Onro Datu Lompulle.
La Passamula BadungE kawin dengan sepupu satu kalinya yang
bernama We Bonga Petta Indo’na I Lampoko. Dari perkawinan itu lahirlah anaknya
pertama bernama Bau Baso Arung Balosu, inilah yang menjadi Sule Datu di
Soppeng. Kedua bernama Sitti Hawang, ketiga bernama We Mira.
Bau Baso Arung Balosu kawin dengan sepupu satu kalinya yang
bernama We Nebu Petta Indo’na Matta anak Baso Sidenreng dengan isterinya We
Waru. Dari perkawinan itu lahirlah ; pertama bernama We Matta, kedua bernama Mahmud
Petta Bau, ketiga bernama We Besse. Sitti Hawang kawin dengan La Cakkudu Petta
Amparita, anak La Panguriseng Addatuang Sidenreng dengan isterinya yang bernama
We Bangki Arung Rappeng. We Sitti Hawang dengan La Cakkudu melahirkan anak
bernama La Pasanrangi Datu Taru. We Taka kawin dengan La Sanreseng Datu Lamuru,
anak dari Jaya Langkara Datu Lamuru dengan isterinya yang bernama We
Tellongeng. Dari perkawinan itu lahirlah We Sengngeng. Inilah yang kawin dengan
La Sana Arung Lompengeng, anak dari La Page Arung Lompengeng dengan isterinya
yang bernama We Bonga. We Sengngeng dengan La Sana melahirkan anak bernama We
Yasiyah. We Yasiyah inilah yang kawin dengan La Coppo Daeng Mangottong, anak
dari La Massikkireng Arung Macege dengan isterinya yang bernama Sitti Aminah
Arung Pallengoreng.
We Jenna kawin dengan La Passamula Datu Lompulle Ranreng
Talotenre Arung Matowa Wajo MatinroE ri Batubatu. Anak dari La Patongai Datu
Lompulle Ranreng Talotenre dengan isterinya Besse Arawang. Dari perkawinannya
itu lahirlah La Mappe Datu Mario Riawa. Kemudian La Mappe kawin dengan sepupu
satu kalinya yang bernama We Besse anak Sule DatuE Arung Balosu dengan
isterinya yang bernama We Nebu Petta Indo’na Matta. Selanjutnya We Besse dengan
La Mappe melahirkan anak perempuan yang bernama Isa Arung Padali. We Matta
kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama La Pasanrangi Datu Taru, anak
dari Sitti Hawang dengan suaminya La Cakkudu Petta Amparita. Kemudian We Matta
dengan La Pasanrangi melahirkan anak pertama bernama La Bandu, kedua bernama We
Selo. We Selo kawin dengan La Jojjo Arung Berru Karaeng Lembang Parang, anak
dari We Batari Arung Berru dengan suaminya La Mahmud Karaeng ri Baroanging.
Dari perkawinannya itu lahirlah We Tenri. La Onro Datu Lompulle kawin dengan We
Cecu Arung Ganra yang juga Arung Belawa Orai. Anak dari We Sitti Tahirah Patola
Wajo dengan suaminya To Lempeng Arung Singkang yang juga Datu Soppeng Rialau.
Kemudian We Cecu dengan La Onro melahirkan anak ; pertama bernama We Soji Datu
Madello, kedua bernama La Pabeangi Arung Ganra, ketiga bernama La Rumpang Datu
Pattiro Ranreng Talotenre. We Soji Datu Madello kawin dengan Loa Tengko Manciji
Wajo Arung Belawa Alau anak dari La Tune Arung Bettempola dengan isterinya
Sompa Ritimo Arung Penrang. Dari perkawinannya itu lahirlah; pertama bernama La
Cella, kedua bernama We Tenri Arung Belawa , ketiga bernama We Panangareng Datu
Madello, keempat bernama La Patongai Datu Doping.
La Pabeangi Arung Ganra kawin dengan sepupu satu kalinya
yang bernama We Tenri Sui Datu Watu Arung Lapajung Patola Wajo, anak dari We
Mappanyiwi Patola Wajo dengan suaminya yang bernama La Walinono Datu Botto. We
Tenri Sui dengan La Pabeangi melahirkan anak; pertama bernama La Wana Arung
Ganra, kedua bernama La Jemma Datu Lapasung, ketiga bernama We Yaddi Luwu Datu
Watu, keempat bernama Sitti Tahira Patola Wajo Datu MallanroE. Sitti Tahira
inilah yang kawin dengan sepupu tiga kalinya yang bernama La Bandu, tidak
melahirkan anak. La Wana kawin dengan sepupu tiga kalinya yang bernama Isa
Arung Padali anak dari La Mappe dengan isterinya yang bernama We Besse.
Kemudian La Mappe kawin lagi dengan We Cingkang anak dari La Jalante Jenderal
Tempe. Dari perkawinannya itu lahirlah La Mori. Selanjutnya Isa dengan La Wana
Arung Ganra melahirkan anak; pertama bernama La Walinono Arung Laleng Bata,
kedua bernama We Tenri Dio Datu Lompulle, ketiga bernama Galette, keempat
bernama Abu Baedah. We Yaddi Luwu kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama
La Mangkona Datu Mario Riwawo anak dari La Wawo Datu Botto dengan isterinya
yang bernama We Tenri Leleang Datu Mario Riwawo. We Yaddi Luwu dengan La
Mangkona melahirkan anak; pertama bernama La Sade, kedua bernama We Tenriabeng,
ketiga bernama We Tenriangka, keempat bernama We Cecu, kelima bernama We Tenri
Pakkemme’. La Onro Datu Lompulle kawin lagi dengan We Dulung, melahirkan
seorang anak bernama La Cube. Inilah yang kemudian menjadi Pangulu Lompo di
Galung. La Cube kawin dengan We Munde saudara perempuan Jenderal Lompengeng,
anak dari La Page Arung Lompengeng dengan isterinya We Bonga. Dari perkawinan
La Cube dengan We Munde ; pertama bernama La Singke, kedua bernama We Sukki,
ketiga bernama Sitti Saleha, keempat bernama La Mahmud. La Rumpang kawin lagi
dengan We Tappa dan melahirkan seorang anak laki-laki bernama La Makkulawu.
Sampai disinilah keterangan tentang keturunan We Yallu Arung Apala yang
bersaudara kandung dengan We Banrigau Arung Tajong. We Banrigau Arung Tajong
kawin dengan La Tenriangka Arung Ujung anak dari Tomarilaleng Pawelaiye ri Gowa
dengan isterinya yang bernama Sitti Aminah Karaeng Somba Opu yang juga Karaeng
Tallo. Perkawinannya itu melahirkan seorang anak laki-laki bernama La Tenri
Wari.
Kemudian We Banrigau Arung Tajong kawin lagi di Wajo dengan
La Sampenne Petta La Battowa CakkuridiE ri Wajo yang juga sebagai Arung Liu.
Anak dari La Paulangi To Saddapotto Daeng Lebbi Arung Bette dengan isterinya We
Tenri Ampa Arung Singkang. We Banrigau dengan Petta La Battowa melahirkan anak;
pertama bernama We Sawe Arung Liu, kedua bernama La Olli Maddanreng Bone,
ketiga bernama We Sikati Andi Ecce We Sikati kawin dengan La Sampo Arung Ugi
yang juga sebagai Arung Belawa. Anak dari La Mampulana Arung Ugi dengan
isterinya yang bernama We Bakke Datu Kawerang. Dari perkawinannya itu, lahirlah
; pertama bernama We Busa Petta WaluE Arung Belawa, kedua bernama La Rappe
Arung Liu Arung Ugi yang juga Maddanreng di Bone dan Sule Ranreng Tuwa ketika
sepupu satu kalinya yang bernama We Hudiyah menjadi Ranreng Tuwa. Ketiga
bernama La Maggalatung Daeng PaliE Arung Palippu. We Busa Arung Belawa kawin
dengan La Tompi Arung Bettempola MatinroE ri Wajo. Anak dari La Sengngeng Arung
Bettempola MatinroE ri Salawa’na dengan isterinya We Mappangideng Arung
Macanang. Dari perkawinan itu lahirlah; pertama bernama We Kalaru Arung
Bettempola, kedua bernama La Paramata atau La Tatta Raja Dewa Arung Bettempola,
ketiga bernama La Tune Mangkau atau La Tune Sangiang Arung Bettempola MatinroE
ri Tancung.
We Kalaru kawin dengan La Patongai Datu Lompulle Ranreng
Talotenre, anak dari We Mudariyah MappalakaE dengan suaminya La Pasanrangi
Petta CambangE Arung Malolo Sidenreng. Dari perkawinannya itu lahirlah; pertama
laki-laki bernama La Mangkona To Rao PajumpungaE Datu Alau Wajo dan juga
sebagai Arung Palippu. La Rappe Arung Liu kawin dengan We Besse Daeng Taleba
Arung Penrang anak dari We Jiba Datu Bulu Bangi dengan suaminya La Saliwu Petta
KampongE Arung Atakka. Dari perkawinannya itu lahirlah seorang anak perempuan
yang bernama Sompa Ritimo Arung Penrang MatinroE ri Cinnong Tabi. Kemudian
Sompa Ritimo kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama La Tune Mangkau
Arung Bettempola. Anak dari We Busa Petta WaluE dengan suaminya La Tompi Arung
Bettempola MatinroE ri Wajo. Sompa Ritimo dengan La Tune Sangiang melahirkan
anak yang bernama La Gau, inilah yang kemudian mejadi Ranreng di Bettempola
Wajo. La Gau kemudian kawin dengan We Tenri Sampeang Denra WaliE Arung Patila.
Anak dari We Baru Arung Patila dengan suaminya yang bernama La Saddapotto
Maddanreng Pammana. Kemudian La Gau dengan We Tenri Sampeang melahirkan anak yang
bernama La Jamarro, inilah yang kemudian menjadi Paddanreng Bettempola. Anak
berikutnya adalah La Cengke Manciji Wajo, La Tengko Arung Belawa Alau, juga
sebagai Manciji Wajo, La Jollo Datu Patila, La Mamu Petta Yugi, La Come, We
Gallo Arung Liu, We Gallo Arung Liu, kawin dengan sepupu satu kalinya yang
bernama La Mangkona To Rao PajumpungaE, tidak ada anaknya. Kemudian PajumpungaE
kawin lagi dengan sepupu satu ayahnya yang bernama We Nyili’timo Arung Baranti,
anak dari La Panguriseng . Arumpone La Tenri Tappu yang tempat tinggalnya
Rompegading dan Bone secara bergantian. Pada tahun 1812 M. ia meninggal dunia
di Rompegading, maka dinamakanlah MatinroE ri Rompegading. La Tenri Tappu To
Appaliweng Daeng Palallo MatinroE ri Rompegading digantikan oleh anaknya yang
bernama La Mappasessu To Appatunru sebagai Mangkau’ di Bone.[ks]